News Bojonegoro – Suasana ruang pertemuan itu tak hanya dipenuhi diskusi serius, tetapi juga semangat yang mengalir dari berbagai pihak yang hadir. Selama dua hari, Selasa dan Rabu (27–28 Mei 2025), Tim Inklusi PD ‘Aisyiyah Bojonegoro bekerja sama dengan Dinas Pendidikan menggelar pertemuan bertajuk Pengembangan Unit Layanan Disabilitas (ULD) Pendidikan dalam Mendukung Implementasi Pendidikan Inklusif di Kabupaten Bojonegoro.
Kegiatan ini terdiri dari dua sesi utama, yakni Miniloka (focus group discussion) dan pelatihan peningkatan kapasitas. Tujuannya bukan hanya untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya ULD, tetapi juga mendorong terbentuknya komitmen bersama dari pemerintah daerah dan berbagai pihak lainnya dalam mewujudkan pendidikan inklusif yang merata di Bojonegoro.
Pada hari pertama, forum diskusi menghadirkan berbagai elemen penting : OPD terkait, perwakilan rumah sakit, organisasi penyandang disabilitas (PPDI), perwakilan dari Majelis Dikdasmen PDM dan PAUD-Dikdasmen PDA Bojonegoro, serta para kepala sekolah dan komite sekolah. Dukungan pemerintah daerah pun tampak nyata lewat kehadiran PJ Sekretaris Daerah Kabupaten Bojonegoro, Andik Sudjarwo, S.STP., M.Si.
“Pemerintah Kabupaten Bojonegoro sangat mengapresiasi kegiatan ini,” ujar Andik dalam sambutannya.
Ia menambahkan bahwa sebelumnya pemerintah daerah telah melakukan uji coba layanan transportasi umum ramah disabilitas.
“Antusias penyandang disabilitas sangat tinggi, dan itu meningkatkan keinginan mereka untuk kembali sekolah,” ungkapnya.
Sinyal dukungan juga datang dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Pengawas sekolah dari Dinas Pendidikan Provinsi, Sarji, S.Pd., MM, menjelaskan bahwa landasan hukum pendidikan inklusi sudah tersedia, termasuk peraturan gubernur dan surat edaran bupati.
“Semoga berawal dari kegiatan ini, ke depan di Bojonegoro tidak ada lagi anak disabilitas yang mengalami penolakan dari sekolah dengan alasan belum siap,” tegasnya.
Hari kedua difokuskan pada pelatihan peningkatan kapasitas. Para peserta yang terdiri dari tenaga pendidik dan perwakilan lembaga seperti Dinas Kesehatan, Cabang Dinas Pendidikan, serta puskesmas, mendapatkan materi langsung dari narasumber profesional yang didatangkan dari Yogyakarta dan Blitar.
Mereka adalah Drs. Aris Widodo, M.Pd., dan Dra. Rachmi Aida, M.Pd., dua tokoh yang telah lama berkecimpung dalam pendidikan inklusif.
Peserta berasal dari berbagai jenjang pendidikan, mulai dari TK hingga SMA/SMK. Dalam sesi ini, mereka diajak memahami secara lebih dalam mekanisme pembentukan ULD, pendekatan yang ramah disabilitas, hingga koordinasi lintas sektor.
Langkah ini menunjukkan bahwa Bojonegoro tidak sekadar berwacana tentang inklusi, tapi sudah mulai membangun pondasi yang kuat dari bawah. Karena pendidikan seharusnya tidak menutup pintu bagi siapa pun—termasuk anak-anak dengan kebutuhan khusus.







