News Bojonegoro – Sasmito Anggoro, selaku Dewan Penasihat Aktivis Ketahanan Pangan (AKP) Bojonegoro, menyampaikan pentingnya peran jurnalis dalam menjaga independensi dan profesionalisme, salah satunya melalui kesejahteraan. Hal ini disampaikannya dalam kegiatan Forum Kolaborasi Insan Pers dan Aktivis Ketahanan Pangan yang digelar dengan tajuk “Mancing Bersama” pada Kamis (29/5/2025) di Kolam Pemancingan Mak’e, Desa Ngampel, Kecamatan Kapas, Bojonegoro.
“AKP ini sebenarnya singkatan dari Aktivis Ketahanan Pangan, bukan Aktivis Kolam Pancing. Organisasi ini dibentuk oleh rekan-rekan jurnalis yang sering berdiskusi sambil ngopi bareng. Mereka berasal dari berbagai komunitas dan media, dan rutin melakukan kajian terkait isu ketahanan pangan,” terang Sasmito dalam sambutannya.
Ia menambahkan, berpikir negatif hanya akan menguras energi. Sebaliknya, berpikir positif adalah kunci bagi jurnalis untuk tetap independen dan berpegang pada kaidah serta undang-undang profesi jurnalistik.
“Seorang jurnalis itu harus kenyang dulu. Kalau perutnya kenyang, maka kinerjanya akan bagus dan sesuai kaidah. Ia akan menulis secara seimbang, tidak diskriminatif, dan tidak karena dorongan kebutuhan ekonomi,” tegasnya.
Sasmito juga menyoroti beberapa kasus penyalahgunaan profesi jurnalis yang baru-baru ini mencuat di media sosial, seperti di Sampang, Madura, dan Blora. Ia prihatin terhadap tindakan oknum yang mengaku wartawan atau anggota LSM, namun justru melakukan intimidasi dan pemerasan.
“Saya melihat di TikTok, beberapa anggota LSM dan jurnalis ditangkap oleh Resmob Polres Sampang. Mereka membawa HP seperti reporter, gebrak meja, mengintimidasi, lalu akhirnya tertangkap tangan menerima uang 20 juta dari seorang kepala desa. Ini sudah masuk ranah pidana pemerasan,” ungkapnya.
Tak hanya itu, ia juga menyinggung kasus serupa di Blora, di mana tiga orang yang mengaku wartawan terbukti tidak memiliki kapasitas jurnalistik yang sah dan melakukan pemerasan terhadap oknum TNI.
“Kalau seorang jurnalis mau menjalankan tugasnya dengan baik, maka harus ada bukti, narasumber yang jelas, serta menerapkan prinsip check and recheck. Tidak boleh menghakimi, apalagi menuntut seperti penyidik atau jaksa,” jelas Sasmito.
Acara Mancing Bersama ini menjadi ajang interaksi yang bermakna, mempertemukan berbagai elemen masyarakat, mulai dari jurnalis, pemerintah desa, TNI/Polri, hingga komunitas pemancing mania. Tujuannya adalah memperkuat kolaborasi lintas sektor guna mendukung ketahanan pangan sebagai fondasi kedaulatan dan kesejahteraan masyarakat.
“Terima kasih kepada semua pihak yang hadir — teman-teman wartawan, sponsor, Forkopimda, dan khususnya Kepala Desa Ngampel. Mudah-mudahan acara ini bisa membuka peluang usaha, lapangan kerja, serta meningkatkan ekonomi, baik bagi wartawan maupun masyarakat,” pungkas Sasmito.






























































