News Bojonegoro — Menjelang pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa Pengganti Antar Waktu (PAW) Desa Sukorejo, Kecamatan Kota, yang akan digelar pada 18 November 2025, tensi politik di tingkat desa mulai meningkat. Dari proses penjaringan yang sempat diwarnai dinamika, kini tersisa tiga calon yang akan bertarung memperebutkan kursi kepala desa.
Di tengah isu politik kotor dan politik uang yang makin santer menyelimuti pemilihan desa, salah satu tokoh masyarakat Sukorejo, Widarko SH, dengan tegas menyerukan agar warga menjaga integritas demokrasi dan tidak memberi celah bagi praktik-praktik transaksional yang bisa mencemari proses.
Widarko, yang merupakan putra asli Sukorejo, menyampaikan bahwa sejak dulu masyarakat desanya dikenal memiliki tradisi politik yang bersih, berlandaskan hati nurani, dan jauh dari praktik money politics.
“Sukorejo adalah desa dengan tradisi muslim yang kuat, sejak dulu ditanamkan oleh para ulama dan nenek moyang kami. Banyak ulama, banyak kiai, banyak tokoh yang selalu mengajarkan kejujuran dan kesantunan, serta dengan ke NUanya, miris rasanya banyaknya isu PAW ini dikotori politik uang, ataupun politik kotor lainnya. Itu bukan tradisi kita. Sukorejo punya martabat yang harus dijaga,” ujarnya Minggu (16/11/2025).
Ia mengingatkan bahwa dalam pemilihan-pemilihan sebelumnya, warga Sukorejo telah menunjukkan kedewasaan dengan memilih pemimpin berdasarkan suara hati, bukan imbalan atau tekanan materi.
“Dulu pemilihan di Sukorejo sangat mengharukan. Warga memilih dengan hati yang jernih. Jangan sampai pada PAW tahun ini terjadi praktik-praktik yang mencederai demokrasi kita,” lanjut Widarko.
Ia juga merasa sangat prihatin jika dalam pemilihan PAW tahun ini tradisi tersebut mulai terkikis.
“Saya miris sekali kalau Sukorejo sampai dimasuki politik-politik yang tidak benar. Dulu pemilihan di Sukorejo itu penuh ketulusan, politik damai, politik hati nurani. Saya berharap tradisi itu jangan sampai berubah,” tegasnya.
Widarko menilai, beberapa pemilihan kepala desa sebelumnya menjadi contoh bagaimana masyarakat benar-benar menggunakan hati nurani dalam menentukan pemimpin. Karena itu, ia mengingatkan agar PAW tahun ini tetap berjalan dengan bersih dan terhormat.
“Warga Sukorejo adalah umat yang beriman. Saya sebagai warga menyatakan turut prihatin dengan tanda-tanda adanya pola politik yang menyimpang. Semoga proses pemilihan ini tidak merusak tradisi baik yang sudah diwariskan,” lanjut Widarko, di sela-sela kegiatan Khataman Quran di Mushola Bakti Iman.
Menurutnya, siapapun yang maju dalam bursa pemilihan harus menghormati nilai-nilai luhur desa dan menjunjung etika politik.
“Pemimpin itu dipilih bukan karena uangnya, tetapi karena kemampuannya membina masyarakat. Sukorejo ini besar, penduduknya banyak, kebutuhan sosialnya kompleks. Jangan rusak proses pemilihan dengan cara-cara kotor,” tegas Widarko.
Widarko juga mengajak seluruh elemen masyarakat mulai dari tokoh masyarakat, panitia, hingga para calon untuk mengutamakan kejujuran dan memberi contoh baik bagi generasi muda desa.
Untuk di ketahui; Berdasarkan hasil seleksi portofolio dan tes tulis, panitia Pilkades PAW Sukorejo telah menetapkan tiga calon dengan skor tertinggi untuk mengikuti putaran final:
1. Drs. Muhtarom
2. Meyke Lelyanasari, S.Pd
3. H. Syahli, SH
Ketiganya akan bersaing dalam pemilihan pada 18 November mendatang. Widarko berharap bahwa kompetisi ini akan berjalan secara sehat, adil, dan bebas dari politik uang, sehingga nantinya Sukorejo dipimpin oleh figur yang amanah, bermartabat, dan benar-benar berpihak pada kepentingan warga.






























































