NewsBojonegoro.com – Suasana semangat dan keprihatinan menyelimuti keberangkatan puluhan santri dan alumni pesantren asal Bojonegoro menuju Surabaya, Senin (21/10/2025). Mereka akan bergabung dengan ribuan santri se-Jawa Timur dalam aksi moral bertajuk #JagaPesantren Menggugat Trans7, sebagai bentuk pembelaan terhadap para kiai dan lembaga pesantren.
Rombongan yang terdiri dari lebih dari 50 anggota Himpunan Alumni Santri Lirboyo (HIMASAL) Bojonegoro itu diberangkatkan menggunakan satu bus penuh dari Bojonegoro menuju Surabaya pada pagi hari. Aksi ini merupakan respons atas tayangan program Xpose Uncensored di salah satu stasiun televisi nasional yang dianggap melecehkan martabat kiai dan pesantren.
Ketua HIMASAL Cabang Bojonegoro, KH. Mohammad Shofiyulloh Masyhur, menyampaikan bahwa keberangkatan ini merupakan wujud solidaritas dan tanggung jawab moral santri terhadap marwah pesantren.
“Kami berangkat satu bus penuh dengan penuh keyakinan dan semangat kebersamaan. Ini aksi damai, untuk menjaga kehormatan pesantren dan para kiai. Semoga berjalan lancar dan membawa hasil yang baik,” ujarnya kepada NewsBojonegoro.com sebelum keberangkatan.
Aksi #JagaPesantren diinisiasi oleh Aliansi Santri Nderek Kiai, yang terdiri dari HIMASAL se-Jawa Timur, IMAP, IKABU, IASS, serta berbagai organisasi alumni pesantren lainnya. Massa peserta dijadwalkan berkumpul di Masjid Al-Akbar Surabaya sebelum bergerak menuju Gedung DPRD Jawa Timur.
Para peserta mengenakan baju putih, sarung gelap, dan kopiah hitam sebagai simbol kesatuan santri serta penghormatan terhadap nilai-nilai pesantren.
Dalam pernyataannya, Aliansi Santri menuntut dua hal utama:
1. Chairul Tanjung (pemilik CT Corp) dan PH Shandika beserta seluruh pihak terkait diminta sowan dan menyampaikan permohonan maaf secara langsung kepada Romo KH. M. Anwar Manshur, Pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo.
2. Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) didesak untuk menjatuhkan sanksi tegas dan mencabut izin siaran Trans7, sebagai langkah menjaga kehormatan pesantren.
KH. Shofiyulloh menegaskan, seluruh santri yang berangkat berkomitmen untuk menjaga ketertiban selama aksi berlangsung.
“Kami membawa pesan damai. Santri selalu menjunjung akhlakul karimah, tapi ketika kehormatan kiai tersentuh, kami wajib bergerak,” tandasnya.





























































