News Bojonegoro – Dugaan keracunan massal akibat Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang menimpa ratusan siswa di Kecamatan Kedungadem, Bojonegoro, memantik keprihatinan mendalam. Kepala Desa Tumbrasanom, Kecamatan Kedungadem, Juminto, dengan tegas menyebut bahwa peristiwa tersebut bukan sekadar soal program, melainkan menyangkut nyawa anak-anak.
“Ini masalah serius. Tiga sekolah di wilayah kami terdampak. Di SMA Negeri 1 Kedungadem ada 544 siswa mengalami gejala mual, pusing, diare, hingga sakit perut. Di SDN Tumbrasanom, tujuh siswa harus dirawat di Puskesmas, dan di MTs Plus Nabawi, 12 anak juga mengalami keluhan serupa. Bagaimana mungkin kita menyepelekan kejadian sebesar ini?” ujar juminto, Jumat (3/10/2025).
Ia juga menginstruksikan kepada seluruh guru agar tidak memberikan makanan yang tercium bau basi atau menunjukkan tanda-tanda aneh.
“Saya tekankan, jangan sekali-kali diberikan ke siswa. Karena ini bukan sekadar soal makanan yang tidak layak konsumsi, tapi soal nyawa anak-anak,” tegasnya.
Meski Pemkab Bojonegoro telah menghentikan sementara program MBG untuk dilakukan evaluasi, Suminto menilai evaluasi yang dilakukan harus menyeluruh dan mendalam.
“Pertanyaannya, setelah dievaluasi bagaimana? Kalau tidak ada jaminan keamanan yang jelas, orang tua tetap was-was. Jangan sampai nyawa anak-anak kembali jadi taruhan,” tandasnya.
Sebagai Ketua Komite Sekolah di Mts plus Nabawi Kedungadem, ia juga meluruskan kabar yang menyebut dirinya menolak program MBG.
“Saya tidak pernah menolak. Program ini baik untuk kebutuhan gizi anak-anak. Tetapi pelaksanaannya harus benar-benar aman, dan dalam pengawasan yang serius, dan dapat dipertanggungjawabkan. Karena sekali lagi, ini menyangkut nyawa,” ujarnya.
Pantauan awak media di dapur MBG Sidorejo dan Ndrokilo hari ini tutup total,





























































